
Moskow, Rusia – Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menunjukkan kekompakan dan mempertegas kemitraan strategis kedua negara dalam sebuah pertemuan penting di Kremlin, Moskow, pada Kamis, 8 Mei 2025. Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin dilaporkan menyuarakan pandangan bersama untuk bersatu dalam menghadapi apa yang mereka anggap sebagai pengaruh dominan Amerika Serikat (AS) dalam tatanan global. Langkah ini dinilai sebagai upaya berkelanjutan Beijing dan Moskow untuk mendorong terciptanya dunia yang lebih multipolar.
Pertemuan tingkat tinggi ini menjadi sorotan internasional, mengingat konteks geopolitik global yang tengah diwarnai berbagai ketegangan dan persaingan pengaruh antar negara-negara besar. Kehadiran Presiden Xi Jinping di Moskow dan pembicaraannya dengan Presiden Putin dilihat sebagai sinyal kuat akan semakin dalamnya aliansi antara China dan Rusia.
Dalam salah satu pernyataan yang mengemuka seputar pertemuan tersebut, Presiden Xi Jinping menekankan pentingnya bagi China dan Rusia untuk terus memperkuat fondasi kerja sama bilateral mereka. Lebih lanjut, ia menyerukan perlunya kedua negara untuk bersama-sama menghilangkan “campur tangan eksternal,” sebuah frasa yang kerap diartikan oleh para analis sebagai rujukan terhadap pengaruh negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.
“Kedua negara harus menjadi sahabat sejati yang melalui ratusan ujian berat,” ujar Presiden Xi, menggarisbawahi kedalaman dan ketahanan hubungan antara Beijing dan Moskow. Pernyataan ini mencerminkan tekad kedua negara untuk saling mendukung dalam menghadapi tekanan dan tantangan di panggung internasional.
Kemitraan Ekonomi sebagai Penopang
Salah satu pilar utama yang menopang kemitraan strategis China-Rusia adalah hubungan ekonomi yang kian erat. China saat ini merupakan mitra dagang terbesar bagi Rusia. Di tengah berbagai sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat terhadap Moskow, terutama sejak eskalasi konflik di Ukraina, Beijing telah menjadi jalur penyelamat ekonomi (economic lifeline) yang vital bagi Rusia.
Kerja sama ekonomi ini tidak hanya membantu Rusia mengatasi dampak sanksi, tetapi juga memperkuat posisi kedua negara dalam mengadvokasi sistem perdagangan dan keuangan global yang tidak terlalu bergantung pada institusi atau mata uang yang didominasi Barat. Kemitraan ini termanifestasi dalam berbagai proyek energi, perdagangan bilateral yang meningkat, serta upaya untuk menggunakan mata uang nasional dalam transaksi.
Mendorong Tatanan Dunia Baru?
Meskipun detail spesifik mengenai langkah-langkah konkret atau kesepakatan baru yang dihasilkan dari pertemuan 8 Mei ini untuk “melawan pengaruh AS” belum diungkapkan secara menyeluruh, pesan umum yang terpancar adalah adanya kesamaan pandangan antara Xi Jinping dan Putin mengenai perlunya tatanan global yang lebih adil dan seimbang. Kedua pemimpin secara konsisten menyuarakan kritik terhadap unilateralisme dan hegemoni, serta mendukung prinsip multilateralisme dan penghormatan terhadap kedaulatan masing-masing negara.
Upaya bersama China dan Rusia ini seringkali dilihat sebagai bagian dari dorongan yang lebih luas untuk membentuk “tatanan dunia baru” yang tidak lagi didominasi oleh satu kekuatan tunggal. Inisiatif seperti Belt and Road Initiative (BRI) yang digagas China, serta perluasan keanggotaan kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, dan negara-negara anggota baru lainnya) menjadi beberapa contoh platform di mana China dan Rusia berupaya membangun arsitektur kerja sama alternatif di luar kerangka yang dipimpin Barat.
Pertemuan di Moskow ini kemungkinan besar juga membahas berbagai isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama, termasuk situasi di Ukraina, stabilitas di Asia Tengah, serta dinamika keamanan di kawasan Asia-Pasifik. Koordinasi kebijakan luar negeri antara Beijing dan Moskow di berbagai forum internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menjadi aspek penting dari kemitraan strategis mereka.
Dunia mengamati dengan seksama setiap perkembangan dalam hubungan China-Rusia, mengingat implikasinya yang sangat besar terhadap lanskap geopolitik global. Semakin solidnya kemitraan kedua raksasa Eurasia ini dalam menantang pengaruh AS akan terus menjadi salah satu dinamika utama yang membentuk arah hubungan internasional di masa mendatang. Pernyataan bersama dan langkah-langkah yang diambil pasca pertemuan ini akan menjadi indikator lebih lanjut mengenai sejauh mana kedua negara akan melangkah dalam upaya mereka membangun tatanan dunia yang mereka anggap lebih merefleksikan keseimbangan kekuatan global saat ini.